“Sesungguhnya sebagian perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih pahit daripada jadam, lebih panas daripada bara, dan lebih tajam daripada tusukan. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karena jika tidak tumbuh semuanya niscaya akan tumbuh sebagian” (Al-hadist)
Karena kata-kata yang pernah keluar dari mulut kita bukanlah lagi menjadi milik kita. Entah berapa kali lidah ini menyakiti tanpa peduli bahwa apa yang diucapkannya tidak akan dapaat ditarik lagi. Tidaklah berlebihan bila penjagaan terhadap lisan amat sangat penting karena lewat lisan ini hati yang keras bisa menjadi lunak, hati yang lunak bisa menjadi keras, kawan bisa jadi lawan, lawan pun bisa menjadi kawan. Tidak sedikit karena ulah lidah, akan menyeret kita pada kekacauan dan dosa besar. Apa yang keuar dari lida menunjukan karakter kita, bagaimana isi hati kita, bagaimana kita membiasakan lidah kita diergunakan.
Bila dikatakan susah, amat susah untuk menjaga lidah. Kita sebaga manusia sosial butuh berkomunikasi dengan orang di sekitar kita. Apa yang kita pikirkan tentu saja berbeda dengan yang dipikirkan oleh orang lain. Pengalaman hidup, sudut pandang dalam berpikir akan membuat perbedaan dala cara berkomunikasi. Apakah akan selamanya perbedaan sudut pandang dan cara berpikir dijadikan kendala dalam berkomunikasi? Apakah tidak cukup selama ini lidah ini menyakiti hati orang lain dengan ucapan - ucapan yang keluar tanpa makna, melainkan ditunggangi nafsu? Apakah tidak cukup selama ini perselisihan terjadi akibat ketidakmampuan diri mengndalikan kata-kata yang akan diucapkan lisan? Sudah puaskah membuat permasalahan panjang mengular tanpa penyelesaian akibat kata-kata yang lagi-lagi diucapkan tanpa bertanggungjawab? Sudah berapa kali kata-kata ini mematikan sinar yang seharusnya menyala terang berbinar pada kepala-kepala kecil yang nantinya menjadi penerus peradaban itu? maafkan bunda sayang.... Untuk engkau imamku, kesalahpahaman terjadi berulang kali karena ketidakmampuan untuk berbesar hati mempertanggungjawabkan ucapan kita. Untuk cinta pertama dalam hidup, engkau yang telah berjuang nyawa mengorbankan diri, wahai ayah dan ibu, entah berapa kali, tak terhitung lagi lidah ini menyakiti. Ampuni anakmu..
Astaghfirullahaladzim.....
Memanglah lidah yang pertama kali harus dijaga setelah niat diluruskan. Begitu banyak peran lidah dalam kehidupan, ia mampu menjadikan hari bersinar terang, sanggup pula mendatangkan awan kelabu dan hujan. Akan memilih yang manakah kita nantinya, apaka membiarkan huja turun, ataukah berusaha selalu menyinari hari dengan kata-kata dan sikap yang bijaksana. Tantangan kedepan semakin jelas terlihat, semakin kuat, semakin besar, harus bersedia menyerang derasnya ego dan nafsu. Cerdas dalam memilih kata - kata, bijaksana dalam bersikap, diiringi dengan doa dan penjagaan niat dari hati yang terlatih..
Bismillahirrahmanirrahim, berubah, bersiap menaklukkan lisan untuk menjejak makna disetiap ucapan. Karena ketika kata-kata kekurangan maknanya, itulah tandanya lisan, hati, dan akal tak terjaga.
I am responsible for my communication result!
Bekasi, 18 februari 2017
Agen Pembangun Peradaban
Komentar
Posting Komentar