Tiba-tiba teriakan menakutkan keluar dari rongga tenggorokanku . Disusul sebuah pukulan mendarat di paha gadis mungil itu. Sambil gemetar hatiku berbisik, Astaghfirullahaladzim, apa yang terjadi, kenapa aku harus sampai begini. Hanya karena ia menginjak lantai bekas ompol yang belum selesai kubersihkan, aku sudah mencabik hatinya. Ia menatapku terkejut dan spontan berteriak diikuti ratapan dan air mata bercucuran. Meskipun hatiku iba melihatnya, aku masih saja gelap mata, aku malah menambahi kesedihannya dengan ucapan yang menambah luka. Bertubi-tubi aku menyalahkan ketidakmengertiannya. Kenapa ia harus ngompol dan tidak mau sabar menunggu aku selesai membersihkan lantai. Otak dan hatiku berkecamuk. Sebenarnya siapa yang tidak sabar, aku atau dia. Dia manusia kecil, belum genap tiga tahun usianya, sedangkan aku sebentar lagi sudah kepala tiga. Siapa yang tidak sabar? Siapa yang kehilangan kewarasan? Siapa yang tidak mengerti? Setelah merapikan pakaiannya, aku segera mengambilkan makan...
"Mencoba untuk menebar manfaat..SEMANGAT!!! ^_^"